Lompat ke isi

Bangkai kapal Belitung

Koordinat: 2°45′39.00″S 107°35′42.66″E / 2.7608333°S 107.5951833°E / -2.7608333; 107.5951833
Ini adalah artikel bagus. Klik untuk informasi lebih lanjut.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

2°45′39.00″S 107°35′42.66″E / 2.7608333°S 107.5951833°E / -2.7608333; 107.5951833

Map of Belitung Island showing the wreck site marked just off the north-west coast
Peta Pulau Belitung, lokasi bangkai kapal Belitung ditandai dengan silang merah (2°45′LS, 107°35′BT).

Bangkai kapal Belitung[1][2] (juga dikenal dengan bangkai kapal Tang atau bangkai kapal Batu Hitam) adalah bangkai kapal layar Arab berjenis dhow yang berlayar dari Afrika menuju Tiongkok sekitar tahun 830 M.[3] Kapal ini berhasil menempuh pelayarannya ke Tiongkok, namun tenggelam dalam perjalanan pulang, sekitar 1 mil (1,6 km) dari lepas pantai Pulau Belitung, Indonesia. Tidak diketahui mengapa kapal ini berada begitu jauh dari rute yang seharusnya ditempuhnya sekembalinya dari Tiongkok.[4] Belitung berlokasi 380 mil (610 km) di sebelah tenggara Selat Singapura, dan rute ini diperkirakan adalah rute sekunder yang ditempuh oleh kapal ini dengan melewati Laut Jawa, yang terletak di sebelah selatan Pulau Belitung.[5]

Bangkai kapal ini berkontribusi terhadap dua penemuan besar bagi para arkeolog, yakni koleksi artefak tunggal terbesar dari zaman Dinasti Tang yang ditemukan di puing-puing kapal, yang dikenal dengan sebutan "harta karun Tang"; dan kapal dhow Arab, yang melahirkan gagasan baru bahwa hubungan perdagangan antara Arab dan Tiongkok telah terjalin pada periode tersebut. Harta karun yang ditemukan telah disimpan sebagai koleksi museum, dan selama penggalian, upaya untuk merekonstruksi bangkai kapal dan muatannya telah melahirkan bukti-bukti rinci dalam bidang arkeologis. Bukti ini telah menyebabkan munculnya wawasan-wawasan baru mengenai metode konstruksi yang digunakan dalam pembuatan kapal, dan barang-barang serta artefak yang ditemukan telah mengungkap fakta-fakta yang tidak diketahui sebelumnya terkait dengan hubungan dagang antara kedua bangsa tersebut.

Penemuan dan rute

Penemuan

Map of the Middle East, North East Africa, and Asia with red lines from China past Vietnam, round India, into Oman and past it to North Africa
Peta Timur Tengah dan Asia. Rute yang seharusnya ditempuh oleh kapal ini ditunjukkan dengan warna merah, kotak hijau menunjukkan lokasi Pulau Belitung, biru menunjukkan Oman. (klik untuk memperbesar)

Bangkai kapal ditemukan oleh seorang nelayan pada tahun 1998 di Selat Gelasa, dengan kedalaman 51 kaki (16 m) di bawah permukaan air.[2] Lokasi penemuan ini dibeli dari nelayan setempat[1] dan izin untuk melakukan penggalian diberikan pada sebuah perusahaan Indonesia.[6][nb 1] Penggalian ini kemudian dilakukan dan dibiayai oleh Tilman Walterfang dan timnya melalui sebuah Operasi Dasar Laut, bekerjasama dengan perusahaan terdahulu.[6][7] Setelah adanya kesediaan pemerintah Indonesia untuk menyediakan pasukan keamanan, Angkatan Laut Indonesia ditempatkan di lokasi penggalian.[6] Penggalian dilakukan dalam dua ekspedisi, yang pertama dilakukan pada bulan Agustus 1998, dan yang kedua pada tahun 1999.[1] Pemerintah Indonesia menyediakan kapal dan membiayai operasi angkatan laut untuk menjaga lokasi bangkai kapal selama musim hujan.[6]

Rute

Tidak diketahui mengapa kapal ini ditemukan begitu jauh dari rute yang seharusnya ditempuhnya (ditunjukkan dengan garis merah pada peta di sebelah kanan).[4] Sebagian besar kapal yang berlayar dari atau menuju Tiongkok akan menempuh rute melalui Laut Cina Selatan. Kapal akan berbelok ke baratlaut setelah melewati Vietnam bagian selatan, dan terus berlayar melintasi Selat Singapura, dan kemudian berbelok ke Selat Malaka di antara Semenanjung Malaysia dan Sumatra. Belitung berjarak cukup jauh dari rute ini, dan tidak diketahui dengan pasti bagaimana kapal tersebut bisa berada di daerah ini. Belitung berlokasi di sebelah tenggara Selat Singapura, dengan jarak 380 mil (610 km) dari sana, dan rute yang tidak biasa ini umumnya ditempuh oleh kapal-kapal yang melintasi Laut Jawa, yang terletak di sebelah selatan Belitung, dan kemudian berbelok ke utara ke Selat Malaka.[5]

Kapal dan rekonstruksi

A picture of an Arabian dhow, a ship constructed with a covered area at the rear and no real superstructure. They are used as cargo vessels and have one or two masts with triangular sails.
Bangkai kapal berjenis dhow, bentuk dan ukurannya serupa dengan kapal dalam gambar di atas.

Bangkai kapal yang tenggelam berjenis dhow, dengan lebar sekitar 21 kaki (6,4 m) dan panjang 58 kaki (18 m),[8] dengan konstruksi yang sangat megah; kapal ini adalah kapal kuno Arab pertama yang ditemukan dan berhasil digali.[9]:101 Selain itu, kapal ini dibangun dengan papan yang disatukan menggunakan tali tipis yang terbuat dari serabut kelapa, bukannya menggunakan metode tradisional yang umumnya memakai paku atau pasak.[9]:101

Papan kapal ditemukan tertutup oleh sedimen yang mengeras. Tanpa sedimen ini, bangkai kapal akan hancur dimamah cacing laut.[10] Penemuan bangkai kapal yang sudah berusia ratusan tahun dengan kondisi yang lumayan baik sangatlah jarang, sebagian lambung kapal bahkan masih dalam kondisi utuh.[11] Hal ini telah melahirkan gagasan baru mengenai teknik konstruksi kapal-kapal Arab yang dibuat pada periode tersebut; tidak ada kapal Arab sejenis yang pernah ditemukan sebelumnya, bahkan kapal ini ditemukan dengan kargo yang masih utuh.[1]

Potongan-potongan papan kapal yang masih awet memungkinkan para arkeolog untuk menganalisis dan mengetahui jenis kayu apa yang digunakan oleh kapal ini. Ada kemungkinan bahwa kapal ini dibuat di Asia Barat dan dibeli oleh pedagang Oman, yang menggunakannya untuk berlayar menuju Tiongkok; muatan kapal ini berisi banyak artefak yang bercirikan Arab.[12]

Muatan

Muatan kapal dapat digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk keramik, yakni keramik Changsa, yang jumlahnya paling banyak (60.000 buah), dan awalnya dikemas dalam tabung jerami; keramik putih yang diproduksi di Ding, termasuk piring porselen biru dan putih yang kuno;[11] serta keramik Yue dari Provinsi Zhejiang.[11] Pada salah satu mangkuk Changsha, terdapat tulisan "hari keenambelas bulan ketujuh tahun kedua sejak Baoli memerintah", atau bisa ditafsirkan sebagai tahun 826 M. Hal ini kemudian dipastikan oleh penanggalan radiokarbon yang dilakukan terhadap bintang adas yang ditemukan di antara bangkai kapal.[5] Secara mengejutkan, muatan kapal ini juga berisikan berbagai artefak dengan simbol-simbol berpengaruh dan terkenal, misalnya keramik dengan lambang lotus Buddha, motif Asia Tengah dan Persia, kaligrafi Alquran, dan mangkuk hijau yang populer di Iran.[13]

Kapal ini juga memuat berbagai benda dengan kegunaan bervariasi, mulai dari guci rempah-rempah dan kendi, hingga botol tinta, guci abu pemakaman, dan kotak perak Dinasti Tang.[3][13] Muatan kapal ini digambarkan oleh John Guy dari Metropolitan Museum of Art New York sebagai "harta karun terbesar dan terkaya yang berasal dari abad ke-9".[14] Selain artefak kuno dan berharga, kapal juga memuat rempah-rempah dan resin, serta aneka tongkat perak yang digunakan sebagai pemberat kapal. Ada juga artefak-artefak khusus seperti cangkir emas Dinasti Tang yang merupakan cangkir terbesar yang pernah ditemukan, serta kendi perak besar yang dihiasi oleh ukiran sepasang itik.[13] Cangkir emas dihiasi oleh gambar orang dalam berbagai tindakan, misalnya gambar pemusik dan penari Persia. Terdapat juga guci berhiaskan gambar dua pria berambut keriting, yang sepertinya tidak berasal dari Tiongkok.[13] Sebagian besar artefak sudah dipamerkan di sejumlah museum dan saat ini menjadi koleksi ArtScience Museum Singapura.

Mangkuk yang berasal dari Changsha, Hunan
Dua mangkuk oval yang masing-masingnya berhiaskan gambar dua bebek yang berenang di antara rimbunan bunga.
Sepasang piring emas bergambar serangga, bunga, dan untaian pita.
Cangkir emas berbentuk persegi delapan dari zaman Dinasti Tang

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Tidak disebutkan nama perusahaan Indonesia dalam media, atau pada situs web apapun.[7]

Referensi

  1. ^ a b c d "THE BELITUNG (TANG) SHIPWRECK (9th C.)". Marine Explorations. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-12. Diakses tanggal 15 February 2011. 
  2. ^ a b "Feature Article: Tang Shipwreck". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-19. Diakses tanggal 15 February 2011. The ship and its cargo, now referred to as the Belitung wreck 
  3. ^ a b "Belitung Wreck Details & Photos". Marine Exploration. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-01. Diakses tanggal 15 February 2011.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "MarineEX2" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ a b "The Belitung Shipwreck". South East Asian Archaeology. 28 June 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-11. Diakses tanggal 18 February 2011. The Belitung shipwreck is located a little too far south. 
  5. ^ a b c "The treasure trove making waves". BBC News. 18 October 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-06-11. Diakses tanggal 15 February 2011. 
  6. ^ a b c d "Media Backgrounder: Discovery, Recovery, Conservation and Exhibition of the Belitung Cargo". Shipwrecked: Tang Treasures and Monsoon Winds. Freer Sackler, Smithsonian Institute. 30 March 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 6 July 2011. The Indonesian navy was permanently deployed at the base camp during the monsoon and did its best to safeguard the site ... A license was issued to a local salvage company by the Republic of Indonesia’s National Committee for Salvage and Utilization of Valuable Objects from Sunken Ships (PANNAS BMKT), the government agency with oversight authority for sunken vessels and cargo ... The Indonesian salvage company executed a contract of cooperation with Seabed Explorations. 
  7. ^ a b "Tang cargo exhibit: Briefing paper" (PDF). Smithsonian Institution. hlm. 1. Diarsipkan dari versi asli (Memo) tanggal 2011-06-04. Diakses tanggal 7 August 2011. The license was issued to a limited liability salvage company organized under the laws of the Republic of Indonesia, for a period of five years. The licensee executed a contract of cooperation with Seabed Explorations GbR 
  8. ^ Flecker, Michael (1 January 2001). "A ninth-century AD Arab or Indian shipwreck in Indonesia: First evidence for direct trade with China". World Archaeology. Shipwrecks. Taylor & Francis Ltd. 32 (3): 335–354. doi:10.1080/00438240120048662. 
  9. ^ a b Michael Flecker (2010). "A Ninth-Century Arab or Indian Shipwreck in Indonesia: The First Archaeological Evidence of Direct Trade with China". Dalam Regina Krahl, John Guy, J. Keith Wilson, and Julian Raby. Shipwrecked; Tang Treasures and Monsoon Winds (PDF). Washington, D.C.: Smithsonian Institution Press. hlm. 101. ISBN 978-1-58834-305-5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-09-27. Diakses tanggal 18 August 2011. This is the first ancient Arab shipwreck to be found and excavated 
  10. ^ "Secrets of the Tang Treasure Ship". Archaeology Daily News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal 24 February 2011. 
  11. ^ a b c Geoff Wade (2003). "The Pre-Modern East Asian Maritime Realm: An Overview of European-Language Studies". Working Paper Series. Asia Research Institute, National University of Singapore. No. 16: 20. 
  12. ^ Flecker, Michael (1 August 2000). "A 9th-century Arab or Indian shipwreck in Indonesian waters". The International Journal of Nautical Archaeology. IJNA. 29 (2): 199–217. doi:10.1006/ijna.2000.0316. 
  13. ^ a b c d Simon Worrall (2009). "Tang Shipwreck". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-23. Diakses tanggal 18 February 2011. 
  14. ^ "Feature Article: Tang Shipwreck". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-23. Diakses tanggal 19 February 2011. ...found in Oman and known as a baitl qarib ... it was built of Afri­can and Indian wood  soft hyphen character di |quote= pada posisi 69 (bantuan)

Pranala luar